Hy.... Welcome in my Blog...Ekspresikan Karya mu disini :) Bukan nasib, bakat, modal, atau pendidikan; tapi upaya terus menerus – yang menjadi penghubung antara masa lalu yang sulit dengan masa depan yang cemerlang.
Kamis, 17 April 2014
Kamis, 10 April 2014
MEDIA DAN METODE DALAM PROMOSI KESEHATAN
METODE PROMOSI KESEHATAN
Pendidikan
kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha menyampaikan
pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu. Dengan
harapan bahwa dengan adanya pesan tersebut, maka masyarakat, kelompok
atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih
baik. Pengetahuan tersebut pada akhirnya diharapkan dapat berpengaruh
terhadap perilaku. Dengan kata lain dengan adanya promosi kesehtan
tersebut diharapkan dapat membawa akibat terhadap perubahan perilaku
kesehatan dari sasaran.
Promosi/pendidikan
kesehatan juga sebagau suatu proses dimana proses tersebut mempaunyai
masukan (input) dan keluaran (output). Di dalam suatu proses pendidikan
kesehayan yang menuju tercapainya tujuan promosi, yakni perubahan
perilaku, dipegaruhi oleh banyak faktor. Faktor yang mempengaruhi suatu
proses pendidikan disamping faktor masukannya sendiri juga metode,
faktor materi aytau pesanya, pendidik atau petugas yang melakukannya,
dan alat-alat bantu media yang digunakan untuk menyampaikan pesan. Agar
dicapai suatu hasil yang optimal, maka faktor-faktor tersebut harus
bekerja sama secara harmonis. Hal ini berarti bahwa untuk masukan
(sasaran pendidikan) tertentu harus menggunakan cara tertentu pula.
Materi juga harus disesuaikan dengan sasaran. Demikian juga lat bentu
pendidikan disesuaikan. Untuksasaran kelompok, maka metodenya harus
berbeda dengan sasaran media massa dan sasaran individual. Untuk sasaran
masssa pun harus berbeda dengan sasaran individual dan sebagainya.
Dibawah ini diuraikan beberapa metode promosi atau pendidikan
individual, kelompok dan massa (publik).
1. Metode Individual (Perorangan)
Dalam
pendidikan kesehatan, metode yang bersifat individual ini digunakan
untuk membina perilaku baru, atau membina seseorang yang telah mulai
tertarik kepada suatu perubahan perilaku atau inovasi. Misalnya, seorang
ibu yang baru saja menjadi akseptor atau seorang ibu hamil yang sedang
tertarik terhadap imunisasi Tetanus Toxoid (TT) karena baru saja
memperoleh/mendengarkan penyuluhan kesehatan. Pendekatan yang digunakan
agar ibu tersebut menjadi akseptor lestari atau ibu hamil segera minta
imunisasi, ia harus didekatai secara perorangan. Perorangan disini tidak
berarti hanya harus hanya kepada ibu-ibu yang bersangkutan, tetapi
mungkin juga kepda suami atau keluarga ibu tersebut.
Dasar
digunakannya pendekatan individual ini karena setiap orang mempunyai
maslah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaaan atau
perilaku baru tersebut. Agar petugas kesehatan mengetahui dengan tepat
serta membantunya maka perlu mengginakan metode (cara) ini.
Bentuk pendekatan ini, antara lain:
a. Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counseling)
Dengan
cara ini kontak antara klien dan petugas lebih intensif. Setiap maslah
yang dihadapi oleh klien dapat dikorek dan dibantu penyelesaiannya.
Akhirnya klien akan dengan sukarela, berdasarkan kesadaran, dnegan penuh
pengertian akan menerima perilaku tersebut (mengubah perilaku).
b. Interview (wawancara)
Cara
ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan.
Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien untuk menggali informasi
mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, ia tertarik atau belum
menerima perubahan, untuk mempengaruhi apakah perilaku yang sudah atau
yang akan diadopsi itu mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang
kuat. Apalagi belum maka perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi.
c. Metoda kelompok
Dalam memilih metode kelompok, harus mengingat besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal dari sasaran.
Untuk
kelompok yang besar, metodenya akan lain dengan kelompok kecil.
Efektivitas suatu metode akan tergantung pada besarnya sasaran
pendidikan.
1. Kelompok Besar
Yang
dimaksud kelompok besar disini adalah apabila pserta penyuluhan itu
lebih dari 15 orang. Metode yang baik untuk kelompok besar ini, antara
lain ceramah dan seminar.
a. Ceramah
Metode ini baik untuk sasaran pendidikan tinggi maupun rendah. Hal-hal uang perlu diperhatikan dalam menggunakan metoda ceramah:
Persiapan:
· Ceramah
yang berhasil apabila penceramah itu sendiri menguasai materi apa yang
akan diceramahkan. Untuk itu penceramah harus mempersiapkan diri.
· Mempelajari materi dengan sistematika yang baik. Lebih baik lagi kalau disusun dalam diagram atau skema.
· Mempersiapkan alat-alat bantu pengajaran, misalnya makalah singkat, slide, transparan, sound sistem, dan sebagainya.
Pelaksanaan:
Kunci
dari keberhasilan pelaksanaan ceramah adalah apabila penceramah dapat
menguasai sasaran ceramah. Untuk dapat menguasai sasaran (dalam arti
psikologis), penceramah dapat melakukan hal-hal sebagai berikut:
· Sikap dan penampilan yang meyakinkan, tidak boleh bersikap ragu-ragu dan gelisah.
· Suara hendaknya cukup keras dan jelas.
· Pandangan harus tertuju ke seluruh peserta ceramah.
· Berdiri di depan (di pertengahan), seyogianya tidak duduk.
· Menggunakan alat-alat bantu lihat (AVA) semaksimal mungkin.
b. Seminar
Metode
ini hanya cocok untukpendidikan menengah ke atas. Seminar adalah suatu
penyajian (presentasi) dari seorang ahli atau beberapa orang ahli
tentang suatu topic yang dianggap penting dan dianggap hangat
masyarakat.
2. Kelompok Kecil
Apabila
peserta kegiatan itu kurang dari 15 orang biasanya kita sebut kelompok
kecil. Metode-metode yang cocok untuk kelompok kecil antara lain:
a. Diskusi Kelompok
Dalam
diskusi kelompok agar semua anggota klompok dapat bebas berpartisipasi
dalam diskusi, maka formasi duduk para peserta diatur sedemikian rupa
sehingga mereka dapt berhadap-hadapan atau saling memandang satu sama
lain, misalnya dalam bentuk lingkaran atau segi empat. Pimpinan diskusi
juga duduk di antara peserta sehingga tidak menimbulkan kesan yang lebih
tinggi. Dengan kata lain mereka harus merasa dalam taraf yang sama
sehingga tiap anggota kelompok mempunyai kebebasan/keterbukaan untuk
mengeluarkan pendapat.
Untuk
memulai diskusi, pemimpin diskusi harus memberikan pancingan-pancingan
yang dapat berupa pertanyaan-petanyaan atau kasus sehubungan dengan
topic yang dibahas. Agar terjadi diskusi yang hidup maka pemimpin
kelompok harus mengarahkan dan megatur sedemikian rupa sehingga semua
orang dapat kesempatan berbicara, sehingga tidak menimbulkan dominasi
dari salah seorang peserta.
b. Curah Pendapat (Brain Storming)
Metode
ini merupakan modifikasi metode diskusi kelompok. Prinsipnya sana
dengan metode diskusi kelompok. Bedanya, pada permulaan pemimpin
kelompok memancing dengan satu masalah dan kemudian tiap peserta
memberikan jawaban atau tanggapan (curah pendapat). Tanggapan atau
jawaban-jawaban tersebut ditampung dan ditulis dalam flipchart atau
papan tulis. Sebelum semua peserta mencurahkan pendapatnya, tidak boleh
dikomentari oleh siapa pun. Baru setelah semua anggota dikeluarkan
pendapatnya, tiap anggota dapat mengomentari, dan akhirnya terjadi
diskusi.
c. Bola Salju (Snow Bailing)
Kelompok
dibagi dalam pasangan-pasangan (1 pasang 2 orang) dan kemudian
dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah. Setelah lebih kurang 5 menit
maka tiap 2pasang bergabung menjadi satu. Msreka tetap mendiskusikan
masalah tersebut, dan mencari kesimpulannya. Kemudian tiap 2 pasang yang
sudah beranggotakan 4 orang ini bergabung lagi dengan pasangan lainnya,
demikian seterusnya sehingga akhirnya akan terjadi diskusi seluruh
anggota kelompok.
d. Kelompok-kelompok Kecil (Buzz Group)
Kelompok
langsung dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil (buzz group) yang
kemudian diberi suatu permasalahan yang sama atau tidak sama dengan
kelompok lain, Masing-masing kelompok mendiskusikan masalah tersebut,
Selanjutnya hasil dan tiap kelompok didiskusikan kembali dan dicari
kesimpulannya.
e. Role Ploy (Memainkan Peranan)
Dalam
metode ini beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai pemegang peran
tertentu untuk memainkan peranan, misalnya sebagai dokter Puskesmas,
sebagai perawat atau bidan, dan sebagainya, sedangkan anggota yang lain
sebagai pasien atau anggota masyarakat. Mereka memperagakan, misalnya
bagaimana interaksi atau berkomunika sehari-hari dalam melaksanakan
tugas.
f. permainan Simulasi (Simulation Game)
Metode
ini merupakan gabungan antara role play dengan diakusi kelompok.
Pesan-pesan kesehatan disajikan da lam beberapa bentuk permainan seperti
permainan monopoli. Cara memainkannya persis seperti bermain monopoli,
dengan menggunakan dadu, gaco (petunjuk arah), selain beberan atau papan
main. Beberapa orang menjadi pemain, dan sebagian lagi berperan sebagai
narasumber.
Metode Massa
Metode
pendidikan kesehatan secara massa dipakai untyuk mengomunikasikan
pesan-pesan kesehatan yang ditujukkan kepada masyarakat yang sifatnya
massa atau publik. Dengan demikian cara yang paling tepat adalah
pendekatan massa. Oleh karena sasarn promosi ini bersifat umum, dalam
arti tidak membedakan golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status
sosial ekonomi, tingkat pendidikan, dan sebagainya, maka pesan-pesan
kesehatan yang akan disampaikan harus dirancang sedemikian rupa sehingga
dapat ditangkap oleh massa tersebut. Pendekan ini biasanya digunakan
untuk menggugah awareness atau kesadaran masyarakat terhadap suatu
inovasi, dan belum begitu diharapkan untuk sampai pada perubahan
perilaku. Namun demikian, bila kemudian dapat berpengaruh terhadap
perubahan perilaku juga merupakan hal yang wajar. Pada umumnya bentuk
pendekatan (cara) massa ini tidak langsung. Biasanya dengan menggunakan
atau melalui media massa.
Beberapa contoh metode pendidikan kesehatan secara massa ini, antara lain :
1. Ceramah umum (public speaking)
Pada
acar-acara tertentu, misalnya pada Hari Kesehatan Nasional, Menteri
Kesehatan atau pejabat kesehatan lainnya berpidato dihadapan massa
rakyat untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan. Safari KB juga
merupakan salah satu bentuk pendekatan massa.
2. Pidato-pidato/
diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik, baik TV maupun
radio, pada hakikatnya merupakan bentuk promosi kesehatan massa.
3. Simulasi,
dialog antara pasien dengan dokter atau petugas kesehatan lainnya
tentang suatu penyakit atau masalah kesehatan adalah juga merupakan
pendekatan pendidikan kesehatan massa.
4. Tulisan-tulisan
di majalah atau koran, baik dalam bentuk artikel maupun tanya jawab
atau konsultasi tentang kesehatan adalah merupakan bentuk pendekatan
promosi kesehatan massa.
5. Bill
Board, yang dipasang di pinggir jalan, spanduk, poster, dan sebagainya
juga merupakan bentuk promosi kesehatan massa. Contoh : billboard Ayo
ke Posyandu
B. Media Dalam Promosi Kesehatan
Kata
media berasal dari bahasa latin “medius” yang berarti tengah,
perantara, atau pengantar. Secara harfiah dalam bahasa Arab, media
berarti perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan.
Media atau alat peraga dalam promosi kesehatan dapat diartika sebagai
alat bantu promosi kesehatan yang dapat dilihat, didengar, diraba,
dirasa atau dicium, untuk memperlancar komunikasi dan oenyebarluasan
informasi. Media promosi kesehatan adalah semua saranana atau upaya
menampilkan pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh
komunikator, baik melalui media cetak, elektronika, dan media luar
ruang, sehingga pengetahuan sasaran dapat meningkat dan akhirnya dapat
mengubah perilaku ke arah positif terhadap kesehatan (Soekidjo, 2005).
Alat
peraga digunakan secara kombinasi, misalnya menggunakan papan tulis
dengan foto dan sebagainya. Tetapi dalam menggunakan alat peraga, baik
secara kombinasi maupun tunggal, ada dua hal yang harus diperhatikan,
yaitu alat peraga harus mudah dimengerti oleh masyarakat sasaran dan ide
atau gagasan yang terkandung didalamnya harus dapat diterima oleh
sasaran. Alat peraga yang digunakan secara baik memberikan
keuntungan-keuntungan, antara lain :
1. Dapat menghindari kesalahan pengertian/pemahaman atau salah tafsir.
2. Dapat memperjelas apa yang diterangkan dan dapat lebih mudah ditangkap.
3. Apa yang diterangkan akan lebih lama diingat, terutama hal-hal yang mengesankan.
4. Dapat menarik serta memusatkan perhatian.
5. Dapat memberi dorongan yang kuat untuk melakukan apa yang dianjurkan.
a. Tujuan Media Promosi
1. Media dapat mempermudah penyampaian informasi.
2. Media dapat menghindari kesalahan persepsi.
3. Media dapat memperjelas informasi.
4. Media dapat mempermudah pengertian.
5. Media dapat mengurangi komunikasi yang verbalistis.
6. Media dapat menampilkan objek yang tidak bisa ditangkap mata.
7. Media dapat memperlancar komunikasi.
Pesan Dalam Media
Pesan
adalah terjemahan dari tujuan komunikasi ke dalam ungkapan atau kata
yang sesuai untuk sasaran. Pesan dalam suatu media harus efektif dan
kreatif. Oleh karena itu, pesan harus memenuhi hal-hal sebagai berikut :
1. Memfokuskan perhatian pada pesan (command attention)
Ide
atau pesan pokok yang merefleksikan strategi desain suatu pesan
dikembangkan. Bila terlalu banyak ide, hal tersebut akan membingungkan
sasaran dan mereka akan mudah melupakan pesan tersebut.
2. Mengklarifikasi pesan (clarify the message)
Pesan
haruslah mudah, sederhana dan jelas. Pesan yang efektif harus
memberikan informasi yang relevan dan baru bagi sasaran. Kalau pesan
dalam media diremehkan oleh sasaran, secara otomatis pesan tersebut
gagal.
3. Menciptakan kepercayaan (Create trust)
Pesan
harus dapat dipercaya, tidak bohong, dan terjangkau. Misalnya,
masyarakat percaya cuci tangan pakai sabun dapat mencegah penyakit diare
dan untuk itu harus dibarengi bahwa harga sabun terjangkau atau mudah
didapat di dekat tempat tinggalnya.
4. Mengkomunikasikan keuntungan (communicate a benefit)
Hasil
pesan diharapkan akan memberikan keuntungan. Misalnya sasaran
termotivasi membuat jamban karena mereka akan memperoleh keuntungan
dimana anaknya tidak akan terkena penyakit diare.
5. Memastikan konsistensi (consistency)
Pesan
harus konsisten, artinya bahwa makna pesan akan tetap sama walaupun
disampaikan melalui media yang berbeda secara berulang; misal di poster,
stiker, dan lain-lain.
6. Cater to heart and head
Pesan
dalam suatu media harus bisa menyentuh akal dan rasa. Komunikasi yang
efektif tidak hanya sekadar memberi alasan teknis semata, tetapi juga
harus menyentuh nilai-nilai emosi dan membangkitkan kebutuhan nyata.
7. Call to action
Pesan
dalam suatu media harus dapat mendorong sasaran untuk bertindak sesuatu
bisa dalam bentuk motivasi ke arah suatu tujuan. Contohnya, “Ayo, buang
air besar di jamban agar anak tetap sehat”.
http://tarychute.blogspot.com/2012/05/media-dan-metode-dalam-promosi.html
Komunikasi Interpersonal
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala limpahan rahmat-Nya penulisan makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen mata kuliah KOMUNIKASI UMUM DAN KEPERAWATAN yang telah mempercayakan kepada para penulis untuk membahas materi pada makalah yang telah disusun ini. Ucapan terima kasih pula kepada semua teman-teman yang telah banyak membantu dalam penyusunan makalah ini.
Dalam penyusunannya, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini disebabkan oleh kurangnya buku referensi yang mendukung dan lemahnya pengetahuan dan keterampilan para penulis. Oleh karena itu Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan penyusunan makalah selanjutnya.
Akhir kata, penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyusununan makalah ini, semoga di kesempatan berikutnya makalah ini dapat lebih baik dari yang sekarang.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala limpahan rahmat-Nya penulisan makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen mata kuliah KOMUNIKASI UMUM DAN KEPERAWATAN yang telah mempercayakan kepada para penulis untuk membahas materi pada makalah yang telah disusun ini. Ucapan terima kasih pula kepada semua teman-teman yang telah banyak membantu dalam penyusunan makalah ini.
Dalam penyusunannya, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini disebabkan oleh kurangnya buku referensi yang mendukung dan lemahnya pengetahuan dan keterampilan para penulis. Oleh karena itu Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan penyusunan makalah selanjutnya.
Akhir kata, penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyusununan makalah ini, semoga di kesempatan berikutnya makalah ini dapat lebih baik dari yang sekarang.
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kegiatan komunikasi interpersonal
merupakan kegiatan sehari-hari yang paling banyak dilakukan oleh manusia
sebagai mahluk sosial. Sejak bangun tidur di pagi hari sampai tidur lagi di
larut malam, sebagian besar dari waktu kita digunakan untuk berkomunikasi
dengan manusia yang lain. Dengan demikian kemampuan berkomunikasi merupakan
suatu kemampuan yang paling dasar. Akan tetapi dalam kehidupan sehari-hari kita
sering mengalami perbedaan pendapat, ketidaknyamanan situasi atau bahkan
terjadi konflik yang terbuka yang disebabkan adanya kesalahfahaman dalam
berkomunikasi. Menghadapi situasi seperti ini, manusia baru akan menyadari
bahwa diperlukan pengetahuan mengenai bagaimana cara berkomunikasi yang baik
dan efektif.yang harus dimiliki seorang manusia.
Efektifitas seorang komunikator dapat
dievaluasi dari sudut sejauhmana tujuan-tujuan tersebut dicapai. Persyaratan
untuk keberhasilan komunikasi adalah mendapat perhatian. Jika pesan disampaikan
tetapi penerima mengabaikannya, maka usaha komunikasi tersebut akan gagal.
Keberhasilan komunikasi juga tergantung pada pemahaman pesandan penerima. Jika
penerima tidak mengerti pesan tersebut,maka tidaklah mungkin akan berhasil
dalam memberikan informasi atau mempengaruhinya. Bahkan jika suatu pesan tidak
dimengerti, penerima mungkin tidak meyakini bahwa informasinya benar, sekalipun
komunikator benar-benar memberikan arti apa yang dikatakan.
Kemampuan berkomunikasi interpersonal
yang baik dan efektif sangat diperlukan oleh manusia agar dia dapat menjalani
semua aktivitasnya dengan lancar. Terutama ketika seseorang melakukan aktivitas
dalam situasi yang formal, misal dalam lingkungan kerja. Lebih penting lagi
ketika aktivitas kerja seseorang adalah berhadapan langsung dengan orang lain
dimana sebagian besar kegiatannya merupakan kegiatan komunikasi
interpersonal.
Agar komunikasi dapat berjala 1.2 Rumusan Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan komunikasi interpersonal?
2. Apa
saja ciri – ciri komunikasi interpersonal?
3. Apa
tujuan komunikasi interpersonal?
4. Apa
saja faktor penyebab komunikasi interpersonal?
5. Apa
maksud dari efektifitas komunikasi interpersonal?
BAB
II
PEMBAHASAN
Komunikasi interpersonal adalah
proses pertukaran informasi diantara seseorang dengan paling kurang seorang
lainnya atau biasanya di antara dua orang yang dapat langsung diketahui
balikannya. (Muhammad, 2005,p.158-159).
Menurut Devito (1989), komunikasi interpersonal adalah penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera (Effendy,2003, p. 30).
Komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal atau nonverbal. Komunikasi interpersonal ini adalah komunikasi yang hanya dua orang, seperti suami istri, dua sejawat, dua sahabat dekat, guru-murid dan sebagainya (Mulyana, 2000, p. 73) Menurut Effendi, pada hakekatnya komunikasi interpersonal adalah komunikasi antar komunikator dengan komunikan, komunikasi jenis ini dianggap paling efek.
Menurut Devito (1989), komunikasi interpersonal adalah penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera (Effendy,2003, p. 30).
Komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal atau nonverbal. Komunikasi interpersonal ini adalah komunikasi yang hanya dua orang, seperti suami istri, dua sejawat, dua sahabat dekat, guru-murid dan sebagainya (Mulyana, 2000, p. 73) Menurut Effendi, pada hakekatnya komunikasi interpersonal adalah komunikasi antar komunikator dengan komunikan, komunikasi jenis ini dianggap paling efek.
Ciri –ciri Komunikasi
Interpersonal
Ada lima aspek yang merupakan ciri - ciri dari komunikasi interpersonal, antara
lain :
1. Komunikasi interpersonal biasanya terjadi secara spontan dan tanpa
tujuanterlebih dahulu. Maksudnya, bahwa biasanya komunikasi
interpersonalterjadi secara kebetulan tanpa rencana sehingga pembicaraan
terjadi secaraspontan.
2. Komunikasi interpersonal mempunyai akibat yang direncanakan maupun tidak
terencana.
3. Komunikasi interpersonal biasanya berlangsung berbalasan. Salah satucirri
khas komunikasi interpersonal adalah adanya timbale balik bergantiandalam
saling member maupun menerima informasi antara komunikatordan komunikan secara
bergantian sehingga tercipta suasan dialogis.
4. Komunikasi interpersonal biasanya dalam suasana kedekatan ataucenderung
menghendaki keakraban. Untuk mengarh kepada suasanakedekatan atau keakraban
tentunya kedua belah pihak yaitu komunikatordan komunikan harus berani membuka
hati, siap menerimaketerusterangan pihak lain.
5.
Komunikasi interpersonal dalam
pelaksanaannya lebih menonjol dalampendekatan psikologis daripada unsure
sosiologisnya. Hal ini karena adanya unsur kedekatan atau keakraban yang
terbatas pada dua ataudengan paling banyak tiga individu saja yang terlibat.
Sehingga faktor-faktor yang mempengruhi kejiwaan seseorang lebih mudah
terungkapdalam komunikasi tersebut.
tif dalam upaya mengubah sikap, pendapat
atau perilaku seseorang, karena sifatnya yang dialogis berupa percakapan. Arus
balik bersifat langsung, komunikator mengetahui tanggapan komunikan ketika itu
juga. Pada saat komunikasi dilancarkan, komunikator mengetahui secara pasti
apakah komunikasinya positif atau negatif, berhasil atau tidaknya. Jika ia
dapat memberikan kesempatan pada komunikan untuk bertanya seluas-luasnya
(Sunarto, 2003, p. 13).
Tujuan Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal mungkin mempunyai beberapa tujuan. Di sini akan dipaparkan 6 tujuan, antara lain ( Muhammad, 2004, p. 165-168 ) :
a. Menemukan Diri Sendiri
Salah satu tujuan komunikasi interpersonal adalah menemukan personal atau pribadi. Bila kita terlibat dalam pertemuan interpersonal dengan orang lain kita belajar banyak sekali tentang diri kita maupun orang lain.
Komunikasi interpersonal memberikan kesempatan kepada kita untuk berbicara tentang apa yang kita sukai, atau mengenai diri kita. Adalah sangat menarik dan mengasyikkan bila berdiskusi mengenai perasaan, pikiran, dan tingkah laku kita sendiri. Dengan membicarakan diri kita dengan orang lain, kita memberikan sumber balikan yang luar biasa pada perasaan, pikiran, dan tingkah laku kita.
b. Menemukan Dunia Luar
Hanya komunikasi interpersonal menjadikan kita dapat memahami lebih banyak tentang diri kita dan orang lain yang berkomunikasi dengan kita. Banyak informasi yang kita ketahui datang dari komunikasi interpersonal, meskipun banyak jumlah informasi yang datang kepada kita dari media massa hal itu seringkali didiskusikan dan akhirnya dipelajari
atau didalami melalui interaksi interpersonal.
c. Membentuk Dan Menjaga Hubungan Yang Penuh Arti
Salah satu keinginan orang yang paling besar adalah membentuk dan memelihara hubungan dengan orang lain. Banyak dari waktu kita pergunakan dalam komunikasi interpersonal diabadikan untuk membentuk dan menjaga hubungan sosial dengan orang lain.
d. Berubah Sikap Dan Tingkah Laku
Banyak waktu kita pergunakan untuk mengubah sikap dan tingkah laku orang lain dengan pertemuan interpersonal. Kita boleh menginginkan mereka memilih cara tertentu, misalnya mencoba diet yang baru, membeli barang tertentu, melihat film, menulis membaca buku, memasuki bidang tertentu dan percaya bahwa sesuatu itu benar atau salah. Kita banyak
menggunakan waktu waktu terlibat dalam posisi interpersonal.
e. Untuk Bermain Dan Kesenangan
Bermain mencakup semua aktivitas yang mempunyai tujuan utama adalah mencari kesenangan. Berbicara dengan teman mengenai aktivitas kita pada waktu akhir pecan, berdiskusi mengenai olahraga, menceritakan cerita dan cerita lucu pada umumnya hal itu adalah merupakan pembicaraan yang untuk menghabiskan waktu. Dengan melakukan komunikasi interpersonal semacam itu dapat memberikan keseimbangan yang penting dalam pikiran yang memerlukan rileks dari semua keseriusan di lingkungan kita.
f. Untuk Membantu
Ahli-ahli kejiwaan, ahli psikologi klinis dan terapi menggunakkan komunikasi interpersonal dalam kegiatan profesional mereka untuk mengarahkan kliennya. Kita semua juga berfungsi membantu orang lain dalam interaksi interpersonal kita sehari-hari. Kita berkonsultasi dengan seorang teman yang putus cinta, berkonsultasi dengan mahasiswa tentang mata kuliah yang sebaiknya diambil dan lain sebagainya.
Komunikasi interpersonal mungkin mempunyai beberapa tujuan. Di sini akan dipaparkan 6 tujuan, antara lain ( Muhammad, 2004, p. 165-168 ) :
a. Menemukan Diri Sendiri
Salah satu tujuan komunikasi interpersonal adalah menemukan personal atau pribadi. Bila kita terlibat dalam pertemuan interpersonal dengan orang lain kita belajar banyak sekali tentang diri kita maupun orang lain.
Komunikasi interpersonal memberikan kesempatan kepada kita untuk berbicara tentang apa yang kita sukai, atau mengenai diri kita. Adalah sangat menarik dan mengasyikkan bila berdiskusi mengenai perasaan, pikiran, dan tingkah laku kita sendiri. Dengan membicarakan diri kita dengan orang lain, kita memberikan sumber balikan yang luar biasa pada perasaan, pikiran, dan tingkah laku kita.
b. Menemukan Dunia Luar
Hanya komunikasi interpersonal menjadikan kita dapat memahami lebih banyak tentang diri kita dan orang lain yang berkomunikasi dengan kita. Banyak informasi yang kita ketahui datang dari komunikasi interpersonal, meskipun banyak jumlah informasi yang datang kepada kita dari media massa hal itu seringkali didiskusikan dan akhirnya dipelajari
atau didalami melalui interaksi interpersonal.
c. Membentuk Dan Menjaga Hubungan Yang Penuh Arti
Salah satu keinginan orang yang paling besar adalah membentuk dan memelihara hubungan dengan orang lain. Banyak dari waktu kita pergunakan dalam komunikasi interpersonal diabadikan untuk membentuk dan menjaga hubungan sosial dengan orang lain.
d. Berubah Sikap Dan Tingkah Laku
Banyak waktu kita pergunakan untuk mengubah sikap dan tingkah laku orang lain dengan pertemuan interpersonal. Kita boleh menginginkan mereka memilih cara tertentu, misalnya mencoba diet yang baru, membeli barang tertentu, melihat film, menulis membaca buku, memasuki bidang tertentu dan percaya bahwa sesuatu itu benar atau salah. Kita banyak
menggunakan waktu waktu terlibat dalam posisi interpersonal.
e. Untuk Bermain Dan Kesenangan
Bermain mencakup semua aktivitas yang mempunyai tujuan utama adalah mencari kesenangan. Berbicara dengan teman mengenai aktivitas kita pada waktu akhir pecan, berdiskusi mengenai olahraga, menceritakan cerita dan cerita lucu pada umumnya hal itu adalah merupakan pembicaraan yang untuk menghabiskan waktu. Dengan melakukan komunikasi interpersonal semacam itu dapat memberikan keseimbangan yang penting dalam pikiran yang memerlukan rileks dari semua keseriusan di lingkungan kita.
f. Untuk Membantu
Ahli-ahli kejiwaan, ahli psikologi klinis dan terapi menggunakkan komunikasi interpersonal dalam kegiatan profesional mereka untuk mengarahkan kliennya. Kita semua juga berfungsi membantu orang lain dalam interaksi interpersonal kita sehari-hari. Kita berkonsultasi dengan seorang teman yang putus cinta, berkonsultasi dengan mahasiswa tentang mata kuliah yang sebaiknya diambil dan lain sebagainya.
.
Penyebab Komunikasi
Interpersonal
http://jurnal-sdm.blogspot.com/2010/01/komunikasi-interpersonal-definisi.html
Menurut Rakhmat (2001) mengemukakan
faktor-faktor yang dapatmenyebabkan komunikasi interpersonal terdiri dari :
1)
Persepsi InterpersonalBerupa
pengalaman tentang peristiwa atau hubungan yang diperolehdengan menyimpulkan
informasi dan menafsirkan pesan untuk membedakan bahwa manusia bukan benda
tapi sebagai objek persepsi.
a. Konsep DiriMenurut Brooks (Rakhmat, 2001) konsep diri
adalah suatu pandangandan perasan individu tentang dirinya. Jika individu dapat
diterimaorang lain, dihormati, dan disenangi karena keadaan dirinya,
individucenderung akan bersikap menghormati dan menerima diri. Sebaliknya,bila
orang lain selalu meremehkan, menyalahkan dan menolak dirinya,individu
cenderung akan bersikap tidak akan menyenangi dirinya.
b. Atraksi InterpersonalMenurut Barlund (Rakhmat, 2001) Atraksi
interpersonal diperolehdengan mengetahui siapa yang tertarik kepada siapa atau
siapamenghindari siapa, maka individu dapat meramalkan arus
komunikasiinterpersonal yang akan terjadi. Misalnya makin tertarik
individukepada seseorang, makin besar kecenderungan individuberkomunikasinya.
Kesukaan pada orang lain, sikap positif dan dayatarik seseorang disebut sebagai
atraksi interpersonal
c. Hubungan InterpersonalMenurut Goldstein (Rakhmat, 2001) hubungan
interpersonal ada tigayaitu :
a. Semakin baik hubungan interpersonal seseorang maka semakinterbuka individu mengungkapkan
perasaannya.
b. Semakin baik hubungan interpersonal seseorang maka semakincenderung
individu meneliti perasaannya secara mendalam besertapenolongnya (psikolog).
c. Semakin baik hubungan interpersonal seseorang maka makincenderung individu
mendengarkan dengan penuh perhatian danbertindak atas nasehat penolongnya
Efektivitas
Komunikasi Interpersonal
Efektivitas Komunikasi Interpersonal dimulai dengan lima kualitas umum yang dipertimbangkan yaitu keterbukaan (openness), empati (empathy), sikap mendukung (supportiveness), sikap positif (positiveness), dan kesetaraan (equality).( Devito, 1997, p.259-264 ).
1. Keterbukaan (Openness)
Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama, komunikator interpersonal yang efektif harus terbuka kepada orang yang diajaknya berinteraksi. Ini tidaklah berarti bahwa orang harus dengan segera membukakan semua riwayat hidupnya.memang ini mungkin menarik, tapi biasanya tidak membantu komunikasi. Sebaliknya, harus ada kesediaan untuk membuka diri mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan, asalkan pengungkapan diri ini patut.
Aspek keterbukaan yang kedua mengacu kepada kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Orang yang diam, tidak kritis, dan tidak tanggap pada umumnya merupakan peserta percakapan yang menjemukan. Kita ingin orang bereaksi secara terbuka terhadap apa yang kita ucapkan. Dan kita berhak mengharapkan hal ini. Tidak ada yang lebih buruk daripada ketidak acuhan, bahkan ketidaksependapatan jauh lebih menyenangkan.
Kita memperlihatkan keterbukaan dengan cara bereaksi secara spontan terhadap orang lain.
Aspek ketiga menyangkut “kepemilikan” perasaan dan pikiran (Bochner dan Kelly, 1974). Terbuka dalam pengertian ini adalah mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang anda lontarkan adalah memang milik anda dan anda bertanggungjawab atasnya. Cara terbaik untuk menyatakan tanggung jawab ini adalah dengan pesan yang menggunakan kata Saya (kata ganti orang pertama tunggal).
2. Empati (empathy)
Henry Backrack (1976) mendefinisikan empati sebagai ”kemampuan seseorang untuk ‘mengetahui’ apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain itu, melalui kacamata orang lain itu.” Bersimpati, di pihak lain adalah merasakan bagi orang lain atau merasa ikut bersedih. Sedangkan berempati adalah merasakan sesuatu seperti orang yang mengalaminya, berada di kapal yang sama dan merasakan perasaan yang sama dengan cara yang sama.
Orang yang empatik mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka untuk masa mendatang.
Kita dapat mengkomunikasikan empati baik secara verbal maupun non verbal. Secara nonverbal, kita dapat mengkomunikasikan empati dengan memperlihatkan (1) keterlibatan aktif dengan orang itu melalui ekspresi wajah dan gerak-gerik yang sesuai; (2) konsentrasi terpusat meliputi komtak mata, postur tubuh yang penuh perhatian, dan kedekatan fisik; serta (3) sentuhan atau belaian yang sepantasnya.
3. Sikap mendukung (supportiveness)
Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana terdapat sikap mendukung (supportiveness). Suatu konsep yang perumusannya dilakukan berdasarkan karya Jack Gibb. Komunikasi yang terbuka dan empatik tidak dapat berlangsung dalam suasana yang tidak mendukung. Kita memperlihatkan sikap mendukung dengan bersikap (1) deskriptif, bukan evaluatif, (2) spontan, bukan strategic, dan (3) provisional, bukan sangat yakin.
4. Sikap positif (positiveness)
Kita mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi interpersonal dengan sedikitnya dua cara: (1) menyatakan sikap positif dan (2) secara positif mendorong orang yang menjadi teman kita berinteraksi. Sikap positif mengacu pada sedikitnya dua aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama, komunikasi interpersonal terbina jika seseorang memiliki sikap positif terhadap diri mereka sendiri.
Kedua, perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya sangat penting untuk interaksi yang efektif. Tidak ada yang lebih menyenangkan daripada berkomunikasi dengan orang yang tidak menikmati interaksi atau tidak bereaksi secara menyenangkan terhadap situasi atau suasana interaksi.
5. Kesetaraan (Equality)
Dalam setiap situasi, barangkali terjadi ketidaksetaraan. Salah seorang mungkin lebih pandai. Lebih kaya, lebih tampan atau cantik, atau lebih atletis daripada yang lain. Tidak pernah ada dua orang yang benar-benar setara dalam segala hal. Terlepas dari ketidaksetaraan ini, komunikasi interpersonal akan lebih efektif bila suasananya setara. Artinya,, harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan bahwa masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan. Dalam suatu hubungan interpersonal yang ditandai oleh kesetaraan,
ketidak-sependapatan dan konflik lebih dillihat sebagai upaya untuk memahami perbedaan yang pasti ada daripada sebagai kesempatan untuk menjatuhkan pihak lain.kesetaraan tidak mengharuskan kita menerima dan menyetujui begitu saja semua perilaku verbal dan nonverbal pihak lain. Kesetaraan berarti kita menerima pihak lain, atau menurut istilah Carl rogers, kesetaraan meminta kita untuk memberikan ”penghargaan positif tak bersyarat” kepada orang lain.
Efektivitas Komunikasi Interpersonal dimulai dengan lima kualitas umum yang dipertimbangkan yaitu keterbukaan (openness), empati (empathy), sikap mendukung (supportiveness), sikap positif (positiveness), dan kesetaraan (equality).( Devito, 1997, p.259-264 ).
1. Keterbukaan (Openness)
Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama, komunikator interpersonal yang efektif harus terbuka kepada orang yang diajaknya berinteraksi. Ini tidaklah berarti bahwa orang harus dengan segera membukakan semua riwayat hidupnya.memang ini mungkin menarik, tapi biasanya tidak membantu komunikasi. Sebaliknya, harus ada kesediaan untuk membuka diri mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan, asalkan pengungkapan diri ini patut.
Aspek keterbukaan yang kedua mengacu kepada kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Orang yang diam, tidak kritis, dan tidak tanggap pada umumnya merupakan peserta percakapan yang menjemukan. Kita ingin orang bereaksi secara terbuka terhadap apa yang kita ucapkan. Dan kita berhak mengharapkan hal ini. Tidak ada yang lebih buruk daripada ketidak acuhan, bahkan ketidaksependapatan jauh lebih menyenangkan.
Kita memperlihatkan keterbukaan dengan cara bereaksi secara spontan terhadap orang lain.
Aspek ketiga menyangkut “kepemilikan” perasaan dan pikiran (Bochner dan Kelly, 1974). Terbuka dalam pengertian ini adalah mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang anda lontarkan adalah memang milik anda dan anda bertanggungjawab atasnya. Cara terbaik untuk menyatakan tanggung jawab ini adalah dengan pesan yang menggunakan kata Saya (kata ganti orang pertama tunggal).
2. Empati (empathy)
Henry Backrack (1976) mendefinisikan empati sebagai ”kemampuan seseorang untuk ‘mengetahui’ apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain itu, melalui kacamata orang lain itu.” Bersimpati, di pihak lain adalah merasakan bagi orang lain atau merasa ikut bersedih. Sedangkan berempati adalah merasakan sesuatu seperti orang yang mengalaminya, berada di kapal yang sama dan merasakan perasaan yang sama dengan cara yang sama.
Orang yang empatik mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka untuk masa mendatang.
Kita dapat mengkomunikasikan empati baik secara verbal maupun non verbal. Secara nonverbal, kita dapat mengkomunikasikan empati dengan memperlihatkan (1) keterlibatan aktif dengan orang itu melalui ekspresi wajah dan gerak-gerik yang sesuai; (2) konsentrasi terpusat meliputi komtak mata, postur tubuh yang penuh perhatian, dan kedekatan fisik; serta (3) sentuhan atau belaian yang sepantasnya.
3. Sikap mendukung (supportiveness)
Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana terdapat sikap mendukung (supportiveness). Suatu konsep yang perumusannya dilakukan berdasarkan karya Jack Gibb. Komunikasi yang terbuka dan empatik tidak dapat berlangsung dalam suasana yang tidak mendukung. Kita memperlihatkan sikap mendukung dengan bersikap (1) deskriptif, bukan evaluatif, (2) spontan, bukan strategic, dan (3) provisional, bukan sangat yakin.
4. Sikap positif (positiveness)
Kita mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi interpersonal dengan sedikitnya dua cara: (1) menyatakan sikap positif dan (2) secara positif mendorong orang yang menjadi teman kita berinteraksi. Sikap positif mengacu pada sedikitnya dua aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama, komunikasi interpersonal terbina jika seseorang memiliki sikap positif terhadap diri mereka sendiri.
Kedua, perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya sangat penting untuk interaksi yang efektif. Tidak ada yang lebih menyenangkan daripada berkomunikasi dengan orang yang tidak menikmati interaksi atau tidak bereaksi secara menyenangkan terhadap situasi atau suasana interaksi.
5. Kesetaraan (Equality)
Dalam setiap situasi, barangkali terjadi ketidaksetaraan. Salah seorang mungkin lebih pandai. Lebih kaya, lebih tampan atau cantik, atau lebih atletis daripada yang lain. Tidak pernah ada dua orang yang benar-benar setara dalam segala hal. Terlepas dari ketidaksetaraan ini, komunikasi interpersonal akan lebih efektif bila suasananya setara. Artinya,, harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan bahwa masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan. Dalam suatu hubungan interpersonal yang ditandai oleh kesetaraan,
ketidak-sependapatan dan konflik lebih dillihat sebagai upaya untuk memahami perbedaan yang pasti ada daripada sebagai kesempatan untuk menjatuhkan pihak lain.kesetaraan tidak mengharuskan kita menerima dan menyetujui begitu saja semua perilaku verbal dan nonverbal pihak lain. Kesetaraan berarti kita menerima pihak lain, atau menurut istilah Carl rogers, kesetaraan meminta kita untuk memberikan ”penghargaan positif tak bersyarat” kepada orang lain.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Komunikasi
interpersonal adalah termasuk pesan pengiriman dan penerimaan pesan antara dua
atau lebih individu. Hal ini dapat mencakup semua aspek komunikasi seperti mendengarkan,
membujuk, menegaskan, komunikasi nonverbal , dan banyak lagi. Sebuah konsep
utama komunikasi interpersonal terlihat pada tindakan komunikatif ketika ada
individu yang terlibat tidak seperti bidang komunikasi seperti interaksi
kelompok, dimana mungkin ada sejumlah besar individu yang terlibat dalam tindak
komunikatif.
Konsep diri dan
Persepsi interpersonal sangat dibutuhkan untuk pencapaian dalam kelancaran
komunikasi. Orang yang lancar dalam berkomunikasi berarti orang tersebut
mempunyai keahlian dalam berkomunikasi. Persepsi interpersonal besar
pengaruhnya bukan saja pada komunikasi interpersonal, tetapi juga pada hubungan
interpersonal. Karena itu kecermatan persepsi interpersonal akan sangat berguna
untuk meningkatkan kualitas komunikasi interpersonal kita.
Orang yang mempunyai
keahlian komunikasi maka komunikasi orang tersebut akan berjalan efektif. Kita
harus memupuk keahlian kita dalam komunikasi interpersonal melalui konsep diri.
Konsep diri seperti yang telah tertuang diatas sangat penting dilakukan agar
kita ahli dalam berkomunikasi. Komunikasi yang efektif ditandai dengan hubungan
interpersonal yang baik.
http://daskom-shindy.blogspot.com/2013/01/makalah-komunikasi-interpersonal.html
Langganan:
Postingan (Atom)